Kamis, 01 Januari 2015

Kata Hati Si Kecil

Sebuah Mobil Berwarna Toska

Oleh : Bunga Sani Luhur Pangestu


Tepat pukul empat. Sore itu waktu yang ku nantikan telah tiba, begitupun teman-temanku menantinya. Ku sambut dengan segores senyum kebahagiaan yang ku rasa aku hanya menggoresnya satu bulan sekali. Selama penantian panjang, tibalah waktu IB (Ijin Berlibur) untuk kami para siswa berasrama sebuah sekolah milik pemerintah di bumi etam ini. Kendaraan lalu lalang, jalanan yang awalnya sepi telah didominasi oleh mesin roda empat para orang tua siswa yang datang untuk menjemput putra-putri kebanggaannya.Tak ada satupun diantaranya yang  datang untuk menjemputku.

     Ku gendong tas hitam kesayanganku yang warnanya mulai memudar karena dimakan usia. Dengan semangat, ku langkahkan kakiku menuju  tempat tujuan yang sangat ku rindukan. Sendiri, ya ini semua ku lakukan sendiri walaupun sesekali sosok yang ku rindukan datang untukku. Namun tidak dengan sore kala itu. Dengan jarak yang tak seberapa jauh dari tempatku berasrama, dalam waktu 15 menit aku dapat menjangkau tempat tujuanku dengan sepasang kaki mungil yang mengantarku kemanapun aku ingin pergi. ku nikmati perjalananku denan memuji  keagungan sang pencipta alam semesta. “Lihat! langit sangat cerah, menandakan musim kemarau sedang menyerbu negeri ini.” Teriakku dalam hati. Sembari menikmati perjalanan, pandanganku tertuju pada sosok gadis dalam sebuah mobil mewah berwarna toska yang berhenti di pinggir jalan yang akan ku lalui. Gadis itu mengenakan pakaian seragam beserta atribut yang sama denganku. Ditemani dengan sepasang suami istri dan seorang anak perempuan yang kira-kira usianya sepuluh tahun lebih muda darinya, Ia terlihat sangat gembira. Ditengah lalu lalang kendaraan,  tawa renyahnya sesekali terdengar olehku yang sengaja memperhatikannya. Aku Sedikit menepi untuk memposisikan diri di tempat yang aman dan nyaman agar tidak mengganggu pengguna jalan lain. Ku pertahankan posisiku karena aku sangat penasaran mengenai hal apa yang membuat Ia sangat bahagia. Tak ada sedikit pun raut kesedihan di wajah jelita itu. Kebahagiaannya tak dapat Ia bendung, ku dengar segala ucapan syukur dan terima kasih Ia panjatkan kepada sang pencipta atas segala rezeki yang telah Ia peroleh. “Alhamdulillah bu, ini semua rezeki dari Allah kita harus merawatnya dengan baik” Kata gadis itu dengan bersemangat. Rupanya mereka adalah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari sepasang suami istri dan dua orang anak perempuan. Semakin lama,  aku semakin mengetahui hal yang membuatku tetap bertahan pada posisi nyaman tersebut.
“Adduuuuh..” keluhku. kakiku tersandung oleh sebuah batu material bekas perbaikan jalan. Seketika itu senyum lebar dan tawa renyah gadis yang berhasil menarik perhatianku secepat kilat menghilang. Ku lihat sekelilingku, benar memang tak ada. Astagfirullah, aku tersadar bahwa aku sudah kembali ke kehidupan nyata. Kuingat kembali apa saja yang ku lamunkan. Aku tersenyum, ternyata gadis tersebut adalah sosokku sendiri. Aku membayangkan bahwa ada salah satu dari sekian banyak orang tua yang datang ke asrama  bermaksud untuk menjemputku. Dengan maksud memberi kejutan untukku atas prestasi yang telah ku raih, aku dijemput menggunakan mobil mewah berwarna toska dengan fasilitas yang lengkap. Dengan bahagia dan penuh syukur, sungguh aku tak menyangka atas semua ini karena mempunyai mobil hanyalah angan bagi keluarga kami.

     Sisa puluhan meter lagi hingga sampai tempat tujuan. Terlihat di ujung gang kecil, sebuah istana tanpa cat dinding dan beratap biru berdiri kokoh menyeruku untuk segera mendatanginya. Tak ada alamat yang jelas untuk istanaku ini, tak ada nomor rumah ataupun kode blok yang menyertai layaknya alamat di komplek perumahan. Dua ciri khas tersebut adalah alamat yang kami gunakan untuk menunjukan letak istana kami kepada tamu yang belum pernah berkunjung. Dengan perasaan menggebu-gebu, ku haturkan salam saat aku datang. Yang pertama ku tuju bukan istana atau lebih tepatnya disebut rumah, melainkan sebuah ladang kebun sayur yang berada di belakang rumah. Sesegera mungkin ku hampiri bapak yang sedang asyik mencangkul, ibu yang sedang memanen kangkung dan adik yang sedang bermain kotor-kotoran di parit sekitar ladang. Bapak dan ibu adalah pekerja keras. Mereka menjadikan aktivitas berkebun sebagai pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Aku bahagia mempunyai orangtua seperti bapak dan ibu. Meskipun mereka bukan pejabat ataupun pengusaha, meskipun rumah kami bukan komplek perumahan yang punya nomor rumah serta kode blok dan meskipun aku sering pulang IB dengan berjalan kaki, aku tetap menyayangi mereka.  Menjemputku dengan mobil mewah berwarna toska adalah impian mereka yang akan segera terwujud dari usaha dan kerja keras mereka. Terimakasih bapak, terimakasih ibu telah mengupayakan semuanya demi putrimu.

note : saya (bungasani) sungguh tidak menyangka bahwa saya dapat menulis tulisan ini. terimakasih banyak sudah membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANALISIS KASUS DALAM TEORI PR

ANALISIS KASUS DENGAN MENGGUNAKAN TEORI-TEORI PUBLIC RELATIONS Oleh : Bunga Sani Luhur Pangestu Kasus 1   Badrun adalah mahasisw...